Posted tagged ‘tobucil’

Komunitas

November 29, 2008

palupi sedang menunjukkan beberapa rajutan buatannya

palupi sedang menunjukkan beberapa rajutan buatannya

Komunitas Rajut Tobucil

Hakpen, Braypen! Dua kata yang asing sekali sepertinya di telinga kita, namun tidak untuk para penghobi rajut yang tergabung dalam komunitas rajut Tobucil. Hakpen dan braypen adalah alat untuk merajut.

Komunitas rajut Tobucil, merupakan sebuah komunitas para pecinta dunia rajut merajut. Komunitas yang bermarkas di Jalan Aceh No. 56, Bandung ini merupakan wadah berkumpul orang-orang yang memiliki hobi merajut. Di sini setiap orrang bisa saling berbagi informasi, pengalaman dan belajar teknik merajut.

Menurut Palupi Srikinkin (30), Koordinator Komunitas Rajut Tobucil, komunitas ini didirikan sekitar lima tahun yang lalu oleh Tarlen Handayani (31). Palupi yang ditemui Sindo ketika asyik merajut dengan hakpen dan benang rajut mengaku bergabung dan aktif dengan komunitas rajut Tobucil sejak tahun 2005.

“Komunitas rajut Tobucil ini didirikan oleh Ibu Tarlen sekitar lima tahun yang lalu, komunitas ini mewadahi para penghobi rajut, dimana kita bisa saling belajar seputar teknik-teknik dalam merajut,” kata Palupi.

Keanggotaan komunitas rajut Tobucil tidak dipungut biaya dan bersifat bebas dan tidak terikat, sehingga siapapun bisa bergabung. Anngota biasanya adalah orang-orang yang sudah bisa merajut, mereka biasanya ingin berbagi pengalaman dalam hal merajut atau mencari pekerjaan melalui merajut.

Palupi mengatakan produk rajutan yang dihasilkan sangat ekslusif, sebab dibuat secara manual, oleh karena itu biasanya harga setiap item rajutan sedikit mahal, tergantung tingkat kesulitan dan waktu pengerjaannya.

“Rajutan yang dihasilkan itu eklusif harena dibuat secara manual dengan tangan, sehingga tidak ada orang lain yang memakainya. Biasanya produk rajutan yang dihasilkan berupa, tas, topi kupluk, rompi, sandal, hingga sepatu” ujar Palupi.

Komunitas rajut Tobucil pun membuka kelas kursus merajut bagi orang yang tidak bisa merajut, setiap pertemuan dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000. Untuk satu bulan Rp. 150.000 dan tiga bulan Rp. 300.000 dengan dua kali pertemuan setiap minggunya.

Komunitas serupa juga terdapat di Jakarta dengan nama mari merajut. Setiap orang bisa melihat komunitas ini di milis, mari merajut@yahoo.com. Milis ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dengan komunitas rajut di Jakarta, biasanya komunitas rajut di Jakarta dan di Bandung mengadakan kegiatan bersama, walaupun biasanya kegiatan bersama ini tidak diagendakan.

Komunitas rajut Tobucil Bandung mengadakan pertemuan anggotanya sebanyak dua kali dalam seminggu, pada hari sabtu dan hari minggu. Adapun kegiatannnya adalah merajut sambil minum kopi dan ngobrol bareng.

Palupi mengaku untuk mendapatkan inspirasi menganai produk dan model rajutan tidaklah sulit. Menurutnya setiap produk rajutan harus memiliki nilai guna dan estetika, selain bisa digunakan dan nyaman dipakai, perajut pun harus memperhatikan kombinasi warna dan model rajutan.

Tak jarang rajutan yang dianggap sulit, bisa dikerjakan dengan mudah asalkan kita tekun dan mau berusaha. Seperti halnya membuat sepatu rajutan model sepatu Convers, awalnya Palupi mengaku ragu menyelesaikannya. Namun, dengan kesabaran dan ketekunan ia dapat menyelesaikan dan menemukan teknik membuatnya sendiri.

“Jika kita membuat sebuah rajutan jangan berfikir sulit dulu, karena merajut tidaklah sulit, hanya dengan ketekunan dan kesabaran sebuah rajutan yang sekalipun sangat sulit pasti dapat dikerjakan,” terang Palupi.

Kini palupi dan teman-temannya tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti Hand Craft day yang akan diadakan pada 6-7 Desemnber 2008 mendatang di Bandung. Ia tengah mengerjakan rajutan berupa banner dan sepatu. Ia berharap dapat menyelesaikannya tepat waktu sehingga dapat memamerkannya nanti.

(Tulisan Ini dibuat saat saya PKL di Harian SINDO, dimuat tanggal 18-11-2008)